Jumat, 18 November 2011

Diskusi Gender dan Sex di Hari Jumat

Hari Jumat memang hari yang membawa kebahagiaan. Bagi sebagian besar kelas pekerja, hari Jumat adalah sebuah tanda dimana mereka sebentar lagi  akan menikmati kebebasan (sesaat) nya setelah 5 hari bekerja keras untuk memperkaya sang pemilik modal. Ya lumayanlah dua hari bisa melepaskan penat, entah itu berkumpul dan berlibur bersama keluarga tercinta ataupun hanya sekedar tiduran all day long di sebuah kamar/ kontrakan  yang tagihannya telah menunggu tiap bulannya. 

Memang tidak bisa digeneralisir bahwa setiap hari Jumat pasti akan menyenangkan atau membahagiakan. Tapi, khusus untuk Jumat hari ini atau tepatnya tanggal 18 November 2011 buat saya sangatlah membahagiakan dan berarti. Bukan karena saya baru saja ditembak oleh seseorang  yang selama ini menjadi pujaan hati tapi karena pada hari ini saya bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman bersama warga belajar PKBM Harmonis yang mayoritas merupakan anak-anak putus sekolah dan drop out.

Di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, kira-kira 5x4 meter dengan papan tulis dan bangku meja yang sederhana, saya bersama-sama warga belajar PKBM mendiskusikan materi pengenalan dan aplikasi Gender dan Seks yang selama ini hanya dikonsumsi oleh kalangan akademisi dan aktifis gerakan. Itupun hanya sebagian kecil saja yang mungkin bisa mengenali dan memahaminya. Tidak sedikit diantara mereka (bahkan dikalangan para aktifis sekalipun) yang masih mengasumsikan gender itu adalah semata-mata identik dengan persoalan perempuan, ya perempuan yang seolah-olah ingin bersaing dengan lawan jenisnya yaitu laki-laki.

Kembali ke agenda diskusi. Sebelum diskusi dimulai, saya mencoba memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian mengucapkan terima kasih kepada "Kepala Suku" yang telah memberikan  saya kesempatan untuk berbagi pengetahuan  dan pengalaman di PKBM Harmonis yang dipimpinnya. Selanjutnya giliran para peserta diskusi yang memperkenalkan diri. Kira-kira ada sekitar 8-10 orang peserta yang hadir. Mereka adalah Ibu Ani, seorang ibu rumah tangga yang ternyata masih memiliki semangat belajar yang tinggi dan tidak malu/ rendah diri untuk belajar bersama dengan peserta diskusi lainnya meskipun dirinya sendiri belum bisa membaca ditengah usianya yang boleh dikatakan sudah tidak muda lagi . Saya jadi teringat sebuah proverb (peribahasa) " Never too old to learn" yang maksudnya adalah bahwa kita harus tetap terus belajar (keep learning) selama hayat masih dikandung badan.

Well, peserta diskusi selanjutnya adalah Hani dan Fani. Hani bekerja sebagai baby sitter  sementara Fani bekerja di sebuah toko di pagi hari kemudian bekerja sebagai PRT di siang harinya . Selain peserta perempuan ada juga peserta laki-laki lainnya. Mereka adalah Lili dan Rudi...To be continued

0 komentar:

Posting Komentar